31.7 C
Medan
Saturday, September 30, 2023

Stabilitas Inflasi Sumut Tetap Terjaga

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Seorang karyawan penerbangan garuda melayani pengunjung di counter penjualan tiket di jalan Monginsidi Medan, Selasa 8/8). Mendekati lebaran peningkatan untuk penjualan tiket penerbangan mengalami peningkatan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumatera Utara di bulan Juli 2017 relatif stabil dan terkendali. Ditengah relatif terbatasnya produksi, secara bulanan inflasi tercatat 0,25%, berada sedikit di atas inflasi nasional yang sebesar 0,22%.

Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan inflasi relatif stabil yang mencapai 3,82% dan sampai dengan periode laporan masih tercatat deflasi sebesar -0,18%.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumut Arief Budi Santoso mengatakan, secara spasial inflasi terjadi di kota Medan (0,31%) dan Kota Pematang Siantar (0,26%). Sementara Kota Padang Sidimpuan dan Kota Sibolga mengalami deflasi masing-masing sebesar (-0,50%) dan Sibolga (-0,23%).

“Sumber inflasi di bulan ini terutama berasal dari kelompok volatile foods dan administered prices sebagai penyumbang inflasi terbesar,” ujar Arief dalam keterangan tertulisnya, kemarin.

Menurut dia, tekanan inflasi pada bulan Juli 2017 didorong oleh inflasi volatile food sebesar 0,37%, setelah pada bulan sebelumnya tercatat deflasi -1,09%. Inflasi kelompok ini terjadi pada komoditas daging ayam ras, cabai merah, bawang merah, ikan dencis, dan sawi hijau.

“Peningkatan harga daging ayam disebabkan oleh kenaikan permintaan masyarakat akibat minimnya pasokan ikan. Sementara peningkatan harga pada komoditas bumbu-bumbuan terutama cabai merah, diperkirakan didorong oleh terbatasnya pasokan di pasaran,” sebut Arief sembari menuturkan, secara tahunan inflasi pada kelompok ini tercatat relatif rendah yaitu 1,49%.

Sementara itu, lanjutnya, tekanan inflasi administered price cenderung mereda yaitu hanya mencapai 0,40%. Ini jauh di bawah angka inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 2,05%.

“Menurunnya tekanan administered price, terutama disebabkan oleh dampak lanjutan penyesuaian harga tarif listrik. Sumber inflasi diperkirakan terkait dengan dampak lebaran dan libur anak sekolah, sehingga tarif angkutan udara meningkat siginifikan yaitu sebesar 17,94%. Jadi, secara tahunan inflasi pada kelompok administered prices menurun menjadi 8,04%,” paparnya.

Di sisi lain, ujar Arief, kelompok inti relatif terjaga yang didukung stabilitas nilai tukar yang relatif dan ekspektasi inflasi yang terkelola dengan baik. Secara bulanan inflasi inti tercatat sebesar 0,07, menurun dari bulan sebelumnya sebesar 0,30%.

“Rendahnya inflasi inti pada bulan Juli terutama didorong oleh penurunan harga emas, yang terkait dengan kecenderungan masyarakat untuk menjual emasnya paska hari Raya. Selain itu, menurunnya permintaan gula pasir pasca lebaran serta penetapan harga eceran tertinggi (HET) oleh pemerintah juga mendorong penurunan harga gula pasir di pasaran. Sehingga, secara tahunan inflasi inti tercatat relatif rendah yaitu 3,04%,” cetus Arief.

Ia menambahkan, ke depan inflasi diyakini dapat tetap terkendali dan berada pada sasaran yaitu 4%±1%. Selanjutnya, pihaknya dan Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Utara senantiasa melakukan upaya pengendalian inflasi sesuai roadmap yang telah disusun.

“Dalam jangka pendek difokuskan pada pengelolaan pasokan dan distribusi khususnya bahan kebutuhan pokok,” tandasnya.

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Seorang karyawan penerbangan garuda melayani pengunjung di counter penjualan tiket di jalan Monginsidi Medan, Selasa 8/8). Mendekati lebaran peningkatan untuk penjualan tiket penerbangan mengalami peningkatan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumatera Utara di bulan Juli 2017 relatif stabil dan terkendali. Ditengah relatif terbatasnya produksi, secara bulanan inflasi tercatat 0,25%, berada sedikit di atas inflasi nasional yang sebesar 0,22%.

Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan inflasi relatif stabil yang mencapai 3,82% dan sampai dengan periode laporan masih tercatat deflasi sebesar -0,18%.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumut Arief Budi Santoso mengatakan, secara spasial inflasi terjadi di kota Medan (0,31%) dan Kota Pematang Siantar (0,26%). Sementara Kota Padang Sidimpuan dan Kota Sibolga mengalami deflasi masing-masing sebesar (-0,50%) dan Sibolga (-0,23%).

“Sumber inflasi di bulan ini terutama berasal dari kelompok volatile foods dan administered prices sebagai penyumbang inflasi terbesar,” ujar Arief dalam keterangan tertulisnya, kemarin.

Menurut dia, tekanan inflasi pada bulan Juli 2017 didorong oleh inflasi volatile food sebesar 0,37%, setelah pada bulan sebelumnya tercatat deflasi -1,09%. Inflasi kelompok ini terjadi pada komoditas daging ayam ras, cabai merah, bawang merah, ikan dencis, dan sawi hijau.

“Peningkatan harga daging ayam disebabkan oleh kenaikan permintaan masyarakat akibat minimnya pasokan ikan. Sementara peningkatan harga pada komoditas bumbu-bumbuan terutama cabai merah, diperkirakan didorong oleh terbatasnya pasokan di pasaran,” sebut Arief sembari menuturkan, secara tahunan inflasi pada kelompok ini tercatat relatif rendah yaitu 1,49%.

Sementara itu, lanjutnya, tekanan inflasi administered price cenderung mereda yaitu hanya mencapai 0,40%. Ini jauh di bawah angka inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 2,05%.

“Menurunnya tekanan administered price, terutama disebabkan oleh dampak lanjutan penyesuaian harga tarif listrik. Sumber inflasi diperkirakan terkait dengan dampak lebaran dan libur anak sekolah, sehingga tarif angkutan udara meningkat siginifikan yaitu sebesar 17,94%. Jadi, secara tahunan inflasi pada kelompok administered prices menurun menjadi 8,04%,” paparnya.

Di sisi lain, ujar Arief, kelompok inti relatif terjaga yang didukung stabilitas nilai tukar yang relatif dan ekspektasi inflasi yang terkelola dengan baik. Secara bulanan inflasi inti tercatat sebesar 0,07, menurun dari bulan sebelumnya sebesar 0,30%.

“Rendahnya inflasi inti pada bulan Juli terutama didorong oleh penurunan harga emas, yang terkait dengan kecenderungan masyarakat untuk menjual emasnya paska hari Raya. Selain itu, menurunnya permintaan gula pasir pasca lebaran serta penetapan harga eceran tertinggi (HET) oleh pemerintah juga mendorong penurunan harga gula pasir di pasaran. Sehingga, secara tahunan inflasi inti tercatat relatif rendah yaitu 3,04%,” cetus Arief.

Ia menambahkan, ke depan inflasi diyakini dapat tetap terkendali dan berada pada sasaran yaitu 4%±1%. Selanjutnya, pihaknya dan Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Utara senantiasa melakukan upaya pengendalian inflasi sesuai roadmap yang telah disusun.

“Dalam jangka pendek difokuskan pada pengelolaan pasokan dan distribusi khususnya bahan kebutuhan pokok,” tandasnya.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/